Pemenuhan kebutuhan RT, tanggung jawab sapa?

Sebuah rumah tangga pastilah mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Yang menjadikanya berbeda adalah dari para penghuni rumah tangga tersebut. Suami, istri, anak-anak juga mertua atau sodara. Semakin banyak penghuni rumah, semakin banyak juga kebutuhan yang musti dipenuhi. Dan kebutuhan disini tak hanya sandang, pangan dan papan.

Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).

Dari semua kebutuhan itu, siapa yang bertanggung jawab untuk memenuhinya? Apakah hanya suami saja, ataukah istri juga berperan disini? Jelas dong, kebutuhan itu jadi tanggung jawab semua yang bernyawa. Kalo atas diri sendiri aja tidak bertanggung jawab, bagaimana bisa memenuhi kebutuhan orang lain. Fine, untuk kebutuhan tertentu memang itu tanggung jawab suami. Akan tetapi kita sebagai perempuan juga hanya berdiam diri saja. Sementara sang suami sudah bercapek-capek memenuhi semua kebutuhan keluarga.

Selagi kita (wanita) sanggup memenuhi kebutuhan diri sendiri tanpa meminta dari suami, why not! We have to do something good for ourself and our fam. Percayalah, dengan kita bisa memenuhi kebutuhan sendiri kita akan lebih enjoy dalam berkeluarga. Tidak usah memberatkan suami. Membuat suami capek luar biasa hanya untuk memenuhi hasrat tolol wanita (hedonisme), sedang kita bisa mengusahakannya sendiri.

Seorang wanita bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga memang tidak dilarang, akan tetapi tetaplah atas ijin dari sang suami. well saia emang belum berkeluarga tapi itulah yang saya rasakan dalam rumah tangga orang tua saia. Seorang ibu yang bercerita panjang lebar pada saia membuat saia terpikir untuk selalu memenuhi kebutuhan sendiri TANPA MINTA SUAMI! (nantinya, amin) :)

Suka atau tidak Suka!!

Janji. Waktu. 2 hal yang berhubungan sangat erat. Ketika kita berjanji akan memenuhinya dalam waktu ini, tempo itu. Semua pasti ada kata menunggu. Pasti sih belum tentu, makanya kita sering menyebutnya menunggu kepastian. Bukan hanya itu, ketika kita sudah janji untuk bertemu dengan seseorang maka kita juga menunggu2 waktu itu datang. Bahkan berharap sesegera mungkin waktu itu tiba.

Cukup bosen juga ketika menunggu sesuatu yang sudah di janjikan dan belum jua tiba saatnya. Kadang juga tak sabar untuk mengintip apa yang akan terjadi nanti. Yah itulah manusia. Nafsu dan keinginannya sangat luar biasa ganas.Kalo kita terus2an menghabiskan waktu hanya untuk menunggu, jelas kita wasting time banget. Belum lagi buat kita yang moody, beughh mood bakal berantakan gara2 nunggunya kelamaan.

Nah aku punya solusinya kalo ngadepin situasi kek gitu :
  1. Anggap aja kalo kalian gak ada janjian ketemuan. Hahahah besar kemungkinan lok dia tau soal ini dia bakal marah. Soalnya dia tau kamu ga nungguin dia.
  2. Lupain soal waktu. Maksudnya ya kamu lakuin apa saja yang jadi rutinitasmu seperti biasa. Anggap kalo tidak ada waktu yang istimewa.
  3. Jauhin pikiran kamu dari dia. Bukan buat lupain dia lo yaa, cuman menganggap kalo dia sedang menjalani aktivitasnya seperti biasa.
Itulah tipsnya, yha suka gak suka sih. Kalo suka ya terapkan, kalo gak suka yauda *biasa aja*. Dan buat pasangan kita, maap2 aja ya kita kek gini. Abisnya nunggu waktu ketemu itu dateng, dimana belum tentu jadi ketemu itu 'membosankan'. :))))))Yang ada, kecewa kan kalo gagal ketemu mas pacal. Yauda, kalo uda nyoba tips itu, misal gagal ketemuan mah biasa ajah. Gak kecewa2 amat.. *hacing

Oh Ternyata Bukan CEREWET atau BAWEL

Mendapatkan suatu perlakuan yang 'berlebihan' dari seseorang terkadang membuat kita kesal, bahkan juga malah bikin bete. Apalagi ketika keadaan yang ada adalah diri dalam kondisi tidak fit, emosi sering kali memuncak gara-gara sikap orang itu. Rasanya telinga penuh dengan kata-kata yang keluar dari mulut orang itu. Bising benar.

Dia begitu cerewet tentang apa yang kita lakuin. Bahkan lebih daripada cerewet, bawel tepatnya. Mulai dari kita bangun tidur jam berapa, abis itu kita ngapain aja. Bahkan kita makan apa di urusin, jam berapa juga di urusin. Bener-bener bawel kan. Makin bawel lagi kalo kita telat makan, kita sakit. Beugh makin rumit deh hidup kita ini rasanya.
 
Sebenarnya apa sih yang kita butuh di saat kita sedang dalam kondisi sakit atau kurang fit? Bukan kah orang itu sangat berguna untuk kita. Walaupun kadang dia cerewet atau bawel banget sama kita. Mulai dari waktu kita makan, tidur, minum obat, bahkan sampai posisi kita tidur pun kadang juga dipermasalahkan. Benar-benar menjengkelkan memang. Tapi pernahkah kita berfikir, bagaimana kalo orang itu gak ada. Siapa yang bakal ngomelin kita kalo kita lupa belum minum obat. Lupa kalo kita tidur tanpa selimut.

Seseorang melalukan hal tersebut pasti bukan tanpa alasan. Jelas. Orang itu sayang dengan kita. Sayang sama kita. Tidak mau kita hidup hanya sekedar hidup. Dia menginginkan hidup kita yang tadinya dianggap 'berantakan' menjadi hidup yang mempunyai hidup sendiri. Rapi dan tertata. Menakjubkan memang apa yang menjadi cita-citanya. Membuat hidup kita lebih baik dan lebih berkualitas. Terima kasih.