Pemaafnya Engkau


Kesalahan dilakukan bukan karena disengaja, ada juga bukan untuk selalu disalahkan. Kesalahan adalah bagian daripada hidup manusia. Manusia adalah tempatnya salah, manusia selalu berbuat kesalahan. Entah yang sama ataupun berbeda. Kesalahan hadir dan menggetarkan dinding-dinding jiwa. Kesucian hati tak mungkin ada jika selalu mengukir kesalahan dan tanpa ada kata maaf.

Membuat kesalahan secara disengaja adalah hal tolol yang dilakukan manusia. Sesuatu yang tidak disengaja saja dikata lebih dari bodoh, apalagi yang disengaja. Namun dengan begitu saja kesalahan sering kali hadir di setiap hidup kita. Kita sadari atau enggak kita sering berbuat salah, salah terhadap diri sendiri atau juga orang lain. Kenapa kesalahan selalu menghinggapi kita. Apa yang disuka si kesalahan dari kita?

Telah terjadi dan tinggal penyesalan. Itulah yang sering kali kita fikirkan tentang sebuah kesalahan. Namun kita masih bisa berbuat sesuatu daripada hanya memikirkannya. Meminta maaf, mencoba membaikkan keadaan dan berusaha menepati apa yang sudah terlewatkan. Walau sebagian orang berkata kata maaf tak cukup, yha memang tak cukup. Kita harus berusaha untuk memperbaiki sikap kita, merubah kebiasaan buruk kita, menjadi pribadi baru yang tidak mudah membuat kesalahan. Untuk apa meminta maaf kalo hanya akan diulangi lagi?

Maaf dan memaafkan. Mudah untuk di ucapkan, tapi tak mudah untuk dilakukan. Setiap kesalahan yang dimaafkan dengan harapan tidak akan terjadi lagi di waktu mendatang. Tidak ada toleransi dan tawar menawar. Mutlak. Berharap kesalahan tak terjadi lagi, dan tak ada kata maaf yang musti terucap lagi.

Sama halnya dengan manusia lain, diri ini juga sering membuat salah. Sering juga mengucap maaf. Namun, apakah maaf itu datang dari jiwa? Ketika engkau marah karena keteledoranku, kelalaianku, kebodohanku, keisenganku, kecerobohanku dan sbgnya. Engkau selalu marah, itu wajar. Tapi engkau tak akan pernah marah lebih dari 5 menit. Senyum maaf selalu tersimpul di wajahmu. 

Seseorang berbuat salah kepadamu, kamu selalu memaafkan. Kesalahan yang sudah membuatmu merasakan hal yang melelahkan, namun engkau selalu memberikan maaf itu. Dia adalah orang yang menyayangimu. Namun maaf darinya bukan karena kamu adalah kamu. Tapi karena dia ingin kamu lebih baik daripada saat ini. Ingin merubahmu menjadi manusia baru. Dan dia benar-benar pemaaf sejati.

Rasa ini, menyebalkan.


Merasakan sesuatu secara mendadak memang sama halnya dengan belum siapnya tubuhmu setelah kepanasan kemudian didiamkan di ruang berAC. Mungkin juga ada bedanya, tapi cuma tipis. Perasaan yang luar biasa dahsyat yang kau punya. Suatu ketika kamu benar-benar tidak boleh merasakan itu. Dan bagaimana jadinya.

Membuka tirai jendela yang ternyata bukan dunia luar yang kau lihat, namun cermin dirimu sendiri yang berada di depan jendela. Menilik keluar tapi tak mampu. Perasaan seperti apakah ini. Aku sangat benci merasakan hal yang sewajarnya kurasakan, tapi hal ini haram bagiku. Menutup mata dan telinga, bahkan menutup hati pun tak akan mampu membendung rasa ini. Apalagi mengobatinya, tidak mungkin.

Bagaimanapun kondisinya sekarang, ingin rasanya mengatakan dengan sekuat tenaga. Hingga kerongkongan ini kering dan mulut ini berbusa. Tapi, apa ajaibnya. Bukan telinga yang mendengar, atau hati yang terketuk. Tapi hanya nyanyian angin yang melewatiku. Melayang terbang tinggi bersama kerinduan, mencari tempat kosong tuk disinggahi. Namun tak kudapati tempat itu.

Siapakah yang mampu membendung rasa ini, kerinduan pada kekasih yang tak boleh kita rindukan untuk waktu sekarang. Ingin memeluk kenangan itu, ingin memutar jam jauh lebih cepat. Sungguh hal yang tak mungkin. Mengatakan isi hati, percuma saja. Tak akan mempercepat waktu atau membawanya kesini. 

Bukan kita yang menginginkan hal ini, tapi pemberi rasa bahagialah yang membuat rasa ini. Menekukkan ujung-ujung jari hingga tak mampu menunjuk, kamu. Sangat menyebalkan ketika ada di situasi seperti punya uang tapi tak ada yang jualan. How come! Bagaimanapun juga aku tak boleh merindukan hal yang sama, aku benci rindu ini.